Apa itu Azure Migrate?

Azure Migrate adalah layanan dari Microsoft yang membantu perusahaan menilai bagaimana kinerja beban kerja on-premises mereka dan berapa biayanya jika di-hosting di Azure public cloud.

Meskipun Azure Migrate membantu dalam perencanaan migrasi cloud, layanan ini tidak benar-benar memindahkan mesin virtual (VM) on-premises ke cloud Azure. Untuk keperluan ini, Microsoft menyarankan menggunakan Azure Site Recovery atau Azure Database Migration Service. Ketika bermigrasi ke lingkungan komputasi awan, tujuannya adalah mengoptimalkan fungsionalitas sumber daya TI sambil mengelola biaya dan kebutuhan administratif.

Bagaimana cara kerja Azure Migrate?

Perusahaan dan organisasi lainnya menggunakan Microsoft Azure Migrate untuk mengumpulkan informasi tentang VMware dan Hyper-V VM yang berjalan di pusat data mereka. Informasi ini dapat mencakup data penggunaan CPU, memori, dan riwayat kinerja. Sebagai bagian dari proses penemuan, Azure Migrate dapat melakukan dependency checking untuk membantu perusahaan memvisualisasikan ketergantungan sumber daya dari satu atau sekelompok VM.

Untuk memulai, organisasi perlu membuat proyek Azure Migrate di portal Azure. Kemudian, mereka mengunduh file Open Virtualization Appliance (.ova) dan mengimpornya sebagai VM, yang disebut collector appliance, yang berjalan di VMware vCenter Server on-premises. VM ini kemudian mengumpulkan metadata tentang VM on-premises lainnya dan mengirimkan informasi tersebut ke layanan Azure Migrate.

Penggunaan collector appliance tidak memerlukan instalasi agen, tetapi pengguna perlu menginstal agen on-premises untuk mengaktifkan fitur pemetaan ketergantungan. Berdasarkan metadata yang dikumpulkan selama proses penemuan, Azure Migrate membantu perusahaan menentukan jenis dan ukuran VM (baik VMware maupun Hyper-V) di Azure public cloud yang menawarkan kinerja terbaik untuk beban kerja on-premises mereka. Layanan ini juga membantu perusahaan memperkirakan biaya bulanan untuk menjalankan beban kerja tersebut di Azure. Informasi ini ditampilkan di portal Azure untuk membantu menentukan langkah migrasi berikutnya.

Kemampuan Azure Migrate meliputi:

  • Menilai VMware dan Hyper-V VM yang dikelola oleh vCenter Servers versi 5.5, 6.0, 6.5, 6.7, dan 7.0.
  • Membantu merencanakan migrasi ke berbagai lokasi geografis Azure. Pengguna dapat membuat proyek Azure Migrate dan menyimpan metadata yang dikumpulkan alat ini di semua wilayah geografis Azure di Amerika Utara.
  • Sebuah Azure Migrate appliance dapat menemukan dan menilai hingga 10.000 server VMware yang didukung oleh vCenter Servers; satu appliance dapat terhubung ke hingga 10 vCenter Servers.
  • Appliance dapat menemukan dan menilai hingga 5.000 server Hyper-V dan terhubung ke hingga 300 host Hyper-V.

Kelebihan dan kekurangan migrasi cloud

Manfaat melakukan migrasi cloud meliputi:

  • Penghematan biaya. Organisasi menghemat uang dengan migrasi server dan penggunaan server virtual alih-alih server fisik, sehingga mengurangi kebutuhan ruang pusat data fisik, perangkat keras, dan pemeliharaan. Selain itu, model pay-as-you-go memungkinkan pelanggan hanya membayar untuk sumber daya yang mereka gunakan.
  • Skalabilitas. Sumber daya komputasi dapat ditingkatkan dengan cepat sesuai kebutuhan.
  • Keamanan. Azure Security Center menawarkan berbagai alat keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tersedia on-premises.
  • Pemulihan bencana (DR). Implementasi DR yang mudah, failover dan failback sistem, serta replikasi dan pengambilan data dapat mempercepat waktu pemulihan.
  • Pemantauan dan pengelolaan sumber daya. Kemampuan ini tersedia di semua platform.
  • Kepatuhan. Alat Azure Migrate memastikan kepatuhan terhadap standar dan regulasi.

Beberapa kelemahan migrasi cloud adalah:

  • Perencanaan migrasi. Ini bisa menjadi tantangan yang kompleks tanpa alat yang tepat, seperti alat penilaian Azure Migrate, dan sumber daya yang memadai.
  • Biaya migrasi. Penghematan jangka panjang sering kali menjadi tujuan, tetapi biaya untuk migrasi itu sendiri harus dipertimbangkan.
  • Tanggung jawab manajemen. Pengguna bertanggung jawab atas aset yang mereka migrasikan ke layanan cloud, termasuk aplikasi, SQL Server, virtual desktop, dan server on-premises, terutama terkait keamanan dan manajemen.
  • Downtime produksi. Ini mungkin terjadi selama migrasi, meskipun ada opsi untuk mempercepat proses migrasi, seperti memindahkan sumber daya yang sangat penting setelah sistem dan data yang kurang kritis dimigrasikan.
  • Pelatihan. Staf kemungkinan memerlukan pelatihan untuk sepenuhnya memanfaatkan sumber daya berbasis cloud.
  • Mendapatkan dukungan yang dibutuhkan. Menentukan siapa yang akan membantu dalam migrasi — vendor, pihak ketiga, atau keduanya — bisa menjadi tantangan.
  • Kehilangan kontrol. Ini sering menjadi masalah bagi organisasi yang terbiasa mengelola aset TI mereka secara langsung.

Seperti halnya migrasi yang direncanakan, baik dari lingkungan on-premises ke cloud maupun dari satu cloud ke cloud lainnya, perencanaan dan uji tuntas sangat penting sebelum membuat keputusan dan memulai proyek migrasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *