Apa itu Headless Commerce?

Headless commerce, atau disebut juga headless e-commerce, adalah arsitektur platform yang memisahkan front end dari e-commerce dengan back end. Front end, atau “kepala”, biasanya berupa sistem manajemen konten (CMS) atau platform manajemen pengalaman pelanggan (CEM) yang menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan konten. Sementara itu, back end adalah platform e-commerce yang menyediakan logika pembelian, data, dan kapabilitas. Pendekatan headless ini menggabungkan fleksibilitas CMS dengan keamanan platform e-commerce berbasis perangkat lunak sebagai layanan (SaaS).

Headless commerce bisa menjadi solusi yang baik bagi bisnis yang sangat bergantung pada pemasaran konten atau branding, menggunakan template desain yang tidak konvensional, atau beroperasi dalam model B2B. Beberapa vendor platform e-commerce yang mendukung pendekatan headless meliputi:

  • BigCommerce
  • WooCommerce
  • SAP CX Commerce Cloud

Produk CMS yang dapat diintegrasikan dengan pendekatan headless antara lain:

  • WordPress
  • Adobe Experience Manager
  • Drupal
  • BloomReach Content

Headless commerce semakin populer karena mampu mengatasi tantangan pertumbuhan internet untuk segala (Internet of Things, IoT). Karena konten dari platform e-commerce tidak terhubung langsung ke back end, bisnis dapat memberikan pengalaman yang konsisten dan fungsional ke berbagai perangkat seperti komputer, smartphone, smartwatch, layar kios, dan keterampilan asisten berbasis kecerdasan buatan (AI assistant).

Cara Kerja Headless Commerce

Arsitektur headless commerce bekerja dengan meneruskan permintaan antara lapisan presentasi dan lapisan aplikasi dalam sebuah platform. Hal ini dilakukan melalui layanan web atau panggilan API yang menghubungkan fungsionalitas front end dengan back end.

Sebagai contoh, pengguna dapat mengklik tombol “Tambahkan ke Keranjang” yang terdapat pada lapisan presentasi atau front end. Kemudian, panggilan API akan dikirim ke lapisan aplikasi atau back end untuk mendaftarkan produk tersebut sebagai item yang siap untuk transaksi selanjutnya, seperti pembelian.

Keuntungan Headless Commerce

Dalam banyak skenario, pendekatan headless commerce dapat memberikan manfaat berikut:

  • Meningkatkan fleksibilitas dalam memperbarui atau mengembangkan fitur front end baru.
  • Memudahkan dan mempercepat pengujian optimasi.
  • Membantu menciptakan pengalaman pengguna (UX) yang konsisten dan personal.
  • Memungkinkan bisnis untuk menjadi omnichannel, atau kompatibel dengan berbagai perangkat dan platform.
  • Mengurangi risiko kesalahan dalam kode back end.
  • Mempercepat peluncuran konten atau perubahan desain baru.

Namun, ada beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan, seperti biaya kepemilikan yang tinggi serta kebutuhan untuk mengelola dua sistem secara bersamaan.

Perbandingan Headless E-commerce vs. E-commerce Tradisional

Headless e-commerce merupakan evolusi dari e-commerce tradisional. Dalam e-commerce tradisional, front end dan back end terhubung langsung satu sama lain. Karena keterkaitan ini, pengembang menghadapi beberapa kendala dalam e-commerce tradisional, seperti:

  • Perubahan atau pembaruan yang membutuhkan lebih banyak waktu karena semua pengeditan harus dilakukan dalam database, kode, dan antarmuka pengguna.
  • Keterbatasan dalam kustomisasi karena platform tradisional memiliki fungsionalitas yang telah ditentukan sebelumnya.
  • Koneksi langsung antara front end dan back end meningkatkan risiko perubahan yang dapat mengganggu logika atau operasi bisnis.
Tagged:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *