Apa itu Network Flooding?
Dalam sebuah jaringan komputer, flooding terjadi ketika sebuah router menggunakan algoritma routing nonadaptif untuk mengirim paket yang masuk ke setiap link keluar, kecuali node tempat paket tersebut tiba.
Flooding digunakan untuk mendistribusikan pembaruan protokol routing dengan cepat ke setiap node dalam jaringan besar. Contoh protokol yang menggunakan metode ini adalah Open Shortest Path First dan Distance Vector Multicast Routing Protocol.
Network flooding juga memiliki beberapa kegunaan lain, termasuk:
- mengirimkan paket data secara multicast dari satu node sumber ke banyak node tertentu dalam jaringan nyata atau virtual;
- bridging;
- berbagi file peer-to-peer; dan
- jaringan nirkabel ad hoc.
Bagaimana Algoritma Flooding Bekerja?
Dalam ilmu komputer, algoritma flooding dapat dikonfigurasi dengan dua cara:
- setiap node bertindak sebagai pengirim dan penerima; atau
- setiap node mencoba mengirimkan paket ke semua node lain kecuali node sumber.
Bagaimanapun caranya, hasil akhirnya adalah informasi yang diflooding akan mencapai semua node dalam jaringan.
Jenis-Jenis Network Flooding
Network flooding dapat terjadi dalam tiga cara, yaitu controlled flooding, uncontrolled flooding, dan selective flooding.
- Controlled flooding menggunakan dua algoritma untuk memastikan flooding tetap terkendali. Algoritma tersebut adalah Reverse Path Forwarding dan Sequence Number Controlled Flooding.
- Uncontrolled flooding tidak memiliki logika kondisional untuk mengontrol bagaimana node mendistribusikan paket informasi ke node lain. Tanpa batasan ini, distribusi ulang paket yang sama bisa terjadi berulang kali, yang dikenal sebagai broadcast storm atau ping storm.
- Selective flooding memungkinkan node untuk hanya mengirim paket ke router dalam satu arah tertentu. Ini membantu mencegah beberapa masalah yang terjadi pada uncontrolled flooding, tetapi tidak sekompleks controlled flooding.

Kelemahan Network Flooding
Meskipun network flooding mudah diterapkan, ada beberapa kelemahan. Misalnya, network flooding dapat membuang bandwidth jaringan jika paket informasi dikirim ke semua IP address padahal hanya beberapa yang membutuhkannya.
Selain itu, peretas dapat memanfaatkan flooding untuk melakukan serangan denial of service (DoS) yang menyebabkan layanan menjadi tidak responsif atau mengganggu jaringan komputer.
Administrator jaringan dapat mencegah serangan flooding dan masalah konektivitas akibat uncontrolled flooding dengan beberapa langkah berikut:
- menggunakan firewall untuk mencegah peretas mendapatkan akses yang dibutuhkan untuk melancarkan serangan DoS;
- menerapkan time to live atau hop count saat menggunakan network flooding untuk membatasi jumlah node yang harus dilewati paket sebelum mencapai tujuan akhirnya;
- menggunakan controlled flooding untuk memastikan bahwa setiap paket hanya diteruskan ke sebuah node satu kali; dan
- menerapkan topologi jaringan yang tidak memungkinkan terjadinya loop.