Apa itu Feature-Driven Development (FDD)?

Feature-driven development (FDD) adalah sebuah kerangka kerja pengembangan perangkat lunak Agile yang berfokus pada pengorganisasian pekerjaan berdasarkan fitur produk. FDD dikenal dengan iterasi pendek dan rilis yang sering. Mirip dengan Scrum salah satu framework Agile lainnya FDD mengharuskan pelanggan, yang juga dikenal sebagai pemilik bisnis proyek, untuk hadir dalam pertemuan perancangan awal dan sesi retrospektif di setiap iterasi.

Dengan merilis fitur baru secara bertahap, tim pengembang dapat memprioritaskan permintaan klien, merespons dengan cepat, dan menjaga kepuasan pelanggan. Untuk mencapai hal ini, pengembang akan memetakan fitur yang bisa dibuat, memecah permintaan kompleks menjadi serangkaian fitur yang lebih kecil, lalu merencanakan penyelesaiannya dalam kurun waktu tertentu.

Konsep FDD pertama kali diperkenalkan oleh Jeff De Luca dan Peter Coad saat mereka mengerjakan proyek perbankan di Singapura pada tahun 1997. Metode ini sangat cocok untuk proyek dengan tim pengembang besar, mengikuti standar yang telah ditentukan, dan membutuhkan rilis cepat. Namun, FDD kurang ideal untuk proyek kecil yang sangat bergantung pada keahlian individu tertentu.

Langkah-langkah dalam Feature-Driven Development

FDD terdiri dari lima tahapan utama:

  1. Membuat model. Model keseluruhan dibuat oleh arsitek utama atau pemimpin proyek dengan menentukan cakupan dan konteks sistem.
  2. Menyusun daftar fitur. Pengembang melakukan brainstorming untuk mengidentifikasi fitur yang berguna bagi pengguna dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu rilis tertentu. Setiap fitur sebaiknya dapat diselesaikan dalam waktu sekitar dua minggu.
  3. Merencanakan setiap fitur. Fitur diurutkan berdasarkan durasi pengerjaan dan tingkat kepentingannya bagi klien. Kepemilikan masing-masing fitur juga ditentukan.
  4. Mendesain setiap fitur. Detail fitur dikembangkan, diperiksa, dan disempurnakan sebelum masuk ke tahap pembangunan.
  5. Membangun setiap fitur. Setelah desain finalisasi, fitur yang sudah selesai ditambahkan ke build resmi untuk diserahkan kepada klien.

Praktik terbaik dalam Feature-Driven Development

Agar implementasi FDD berjalan optimal, metode ini didukung oleh praktik terbaik dalam rekayasa perangkat lunak, antara lain:

  1. Mengenali model objek domain atau cakupan masalah yang harus diselesaikan untuk membantu kerangka kerja pengembangan fitur.
  2. Memecah fitur yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola.
  3. Menetapkan setiap fitur kepada satu pemilik untuk memastikan konsistensi dan integritas kode.
  4. Membangun tim fitur yang dinamis dan beragam untuk menghasilkan lebih banyak opsi desain.
  5. Melakukan inspeksi kode secara rutin sebelum fitur diterapkan ke dalam build utama.
  6. Memastikan visibilitas proyek dengan laporan kemajuan yang akurat dan rutin pada setiap tahap pengembangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *