Behavior-driven development (BDD) adalah metodologi pengembangan perangkat lunak Agile di mana aplikasi didokumentasikan dan dirancang berdasarkan perilaku yang diharapkan pengguna saat berinteraksi dengan aplikasi tersebut. Dengan mendorong pengembang untuk fokus hanya pada perilaku yang diminta dari aplikasi atau program, BDD membantu menghindari pembengkakan, kode yang berlebihan, fitur yang tidak perlu, atau kurangnya fokus. Metodologi ini menggabungkan, memperkaya, dan menyempurnakan praktik yang digunakan dalam test-driven development (TDD) dan acceptance testing.

Sebuah proyek yang menggunakan behavior-driven development biasanya dimulai dengan percakapan antara pengembang, manajer, dan pelanggan untuk membentuk gambaran keseluruhan tentang bagaimana produk tersebut seharusnya bekerja. Ekspektasi terhadap perilaku produk kemudian ditetapkan sebagai tujuan bagi pengembang, dan setelah semua uji perilaku berhasil, produk dianggap telah memenuhi persyaratan dan siap untuk diserahkan kepada pelanggan.

BDD menawarkan kemampuan untuk memperluas kumpulan masukan dan umpan balik dengan melibatkan pemangku kepentingan bisnis dan pengguna akhir yang mungkin tidak memiliki pengetahuan dalam pengembangan perangkat lunak. Karena umpan balik yang lebih luas ini, tim pengembangan mungkin lebih mudah menggunakan BDD dalam lingkungan continuous integration dan continuous delivery.

Bagaimana behavior-driven development bekerja

Behavior-driven development berfokus pada pelaksanaan uji spesifik perilaku, atau spesifikasi fungsional yang merinci skenario yang dapat dijalankan untuk aplikasi. Ini meliputi:

  • Menerapkan prinsip 5 Whys atau skenario if-then untuk menghasilkan user story dan secara jelas menghubungkan fitur aplikasi dengan tujuan bisnis.
  • Menentukan satu hasil untuk setiap perilaku.
  • Menerjemahkan setiap skenario ke dalam bahasa spesifik domain (DSL) untuk memastikan komunikasi yang akurat.
  • Mengumpulkan semua perilaku ke dalam satu set dokumentasi agar dapat diakses oleh semua pengembang, penguji, dan pemangku kepentingan.

Uji spesifik perilaku dapat dijalankan ketika sebuah proyek dimulai, saat produk sedang dalam pengembangan, dan ketika produk selesai. Minimal, BDD mengharuskan bahwa uji perilaku (yang mirip dengan unit test) dibuat sebelum pengembangan dimulai. Sebelum pengembangan dimulai, semua uji perilaku akan gagal, tetapi seiring perkembangan produk, uji tersebut akan mulai berhasil. Setelah semua uji perilaku dianggap berhasil, produk siap untuk diserahkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *