Apa Itu MP3 (MPEG-1 Audio Layer 3)?
MP3 (MPEG-1 Audio Layer 3) adalah metode untuk mengompresi dan menyimpan audio. File MP3 dapat mengompresi file musik hingga 95% dari ukuran aslinya dengan CD-quality sambil tetap mempertahankan kualitas suara yang cukup baik.
Bagaimana Cara Kerja MP3?
Komputer adalah perangkat digital yang merepresentasikan data sebagai angka diskrit, sedangkan suara bersifat analog yang bisa memiliki nilai kontinu. Agar komputer atau perangkat digital dapat menyimpan suara, audio harus melalui proses pengkodean sebagai serangkaian angka. Biasanya, proses ini dilakukan dengan 16 bit yang diambil sampelnya pada 44.1 kilohertz untuk audio CD. Ini menghasilkan banyak data—sekitar 10 MB per menit. Format ini dikenal sebagai audio berkualitas CD atau audio tanpa kompresi dan sering disimpan dalam format WAV di komputer.
Audio MP3 adalah cara untuk mengompresi audio agar menggunakan lebih sedikit data tetapi tetap terdengar bagus. MP3 menggunakan kompresi lossy, yang berarti ada data yang dihapus dan tidak bisa dipulihkan kembali. Pertama, teknik transformasi kosinus diskrit yang dimodifikasi dan transformasi Fourier cepat digunakan untuk mengurangi data audio penuh menjadi representasi yang lebih kecil. Kemudian, model psikoakustik diterapkan untuk menghilangkan data yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia, seperti frekuensi di luar jangkauan pendengaran atau suara yang terlalu pelan. Setelah pengkodean, file MP3 hanya memerlukan sekitar 1 MB per menit untuk musik berkualitas baik.
Hampir semua perangkat modern bisa memutar file MP3. Komputer dan smartphone biasanya sudah dilengkapi dengan pemutar audio bawaan yang mendukung MP3, atau bisa menggunakan aplikasi tambahan seperti iTunes untuk memutar dan mengorganisir file MP3. Pemutar CD modern juga bisa membaca dan memutar file MP3 yang dibakar ke CD. Selain itu, sistem hiburan mobil terbaru juga bisa memutar file MP3 dari CD atau penyimpanan USB.
File MP3 juga mengandung informasi tag ID3 yang menyimpan metadata, seperti judul lagu, nama artis, judul album, dan tahun rilis.
Kapan Harus Menggunakan MP3?
Saat ini, format MP3 paling cocok digunakan jika kompatibilitas luas lebih diutamakan daripada kualitas atau efisiensi. MP3 adalah pilihan yang baik untuk merekam memo suara atau mengirim rekaman melalui internet.
Kapan Tidak Menggunakan MP3?
Karena MP3 adalah format lossy, format ini tidak cocok untuk tujuan arsip atau pengeditan audio. Untuk kebutuhan ini, format lossless seperti WAV atau Free Lossless Audio Codec (FLAC) lebih disarankan.
Format yang lebih baru menawarkan kualitas audio lebih baik dengan ukuran file yang lebih kecil. Jika perangkat pemutar sudah diketahui, seperti smartphone terbaru, perangkat pemutaran industri tertanam, layanan streaming, atau file audio untuk program komputer, maka codec yang lebih modern seperti Advanced Audio Coding (AAC), Ogg Vorbis, atau Ogg Opus lebih cocok daripada MP3.
MP3 vs. MP4
Meskipun MP3 dan MP4 memiliki ekstensi file yang mirip, keduanya digunakan untuk hal yang berbeda. MP3 digunakan untuk file audio, sedangkan MP4 untuk file video.
MP3 dikembangkan sebagai opsi codec audio untuk MPEG-1 video (H.261) dan juga dapat digunakan untuk MPEG-2 video (H.262). File video dan audio yang digabung sering menggunakan ekstensi .mpg atau .mpeg. Karena MP3 adalah lapisan ketiga dari standar MPEG, ia diberi ekstensi .mp3.
MP4 adalah format kontainer file untuk video MPEG-4. Format ini biasanya berisi video HEVC (H.265) dan audio AAC. File MP4 yang hanya berisi audio biasanya memiliki ekstensi .m4a atau .mp4.
Sejarah MP3
Moving Picture Experts Group (MPEG) adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh Organisasi Internasional untuk Standardisasi untuk menetapkan standar pengkodean media audio dan video. Mereka mulai mengembangkan codec pertamanya, MPEG-1, pada tahun 1988. Standar MPEG-1 dirilis pada 1993 dan mencakup tiga standar audio atau lapisan. Standar ini kemudian diperluas oleh MPEG-2 yang dirilis pada 1995. MPEG-1 Audio Layer 3 (MP3) adalah standar yang paling efisien tetapi juga paling kompleks secara komputasi. Kebanyakan video, termasuk DVD, menggunakan pengkodean Layer 2 yang lebih sederhana.
MP3 kemudian menjadi populer sebagai format audio tersendiri. Pada masa itu, satu CD musik tanpa kompresi bisa menghabiskan hampir seluruh kapasitas hard drive komputer rumahan, sehingga kompresi menjadi sangat penting.
Program komputer memungkinkan pengguna untuk menyalin audio dari CD dan mengkodekannya ke MP3 untuk penyimpanan. File MP3 ini kemudian bisa dikonversi kembali dan dibakar ke CD untuk diputar di pemutar CD standar.
Ukuran file MP3 yang relatif kecil membuatnya mudah dibagikan melalui internet. Bahkan dengan internet dial-up yang lambat saat itu, sebuah MP3 bisa diunduh dalam beberapa menit. Hal ini memicu maraknya berbagi MP3 secara online, awalnya melalui server pusat, lalu berkembang ke layanan file-sharing dan peer-to-peer.
Pemilik hak cipta berusaha mencegah penyebaran konten ilegal dengan menuntut layanan file-sharing dan bahkan beberapa pengguna. Sony bahkan sempat menyematkan rootkit pada CD audio mereka sebagai bentuk perlindungan salinan.
Semua paten MP3 berakhir pada 2017, membuatnya dapat digunakan secara bebas. Hari ini, kebanyakan orang mendengarkan MP3 langsung di smartphone mereka atau melalui speaker Bluetooth.