Apa itu agnostik?
Agnostik dalam konteks teknologi informasi (TI) mengacu pada sesuatu yang bersifat umum sehingga dapat berinteroperasi di berbagai sistem. Istilah ini dapat merujuk pada perangkat lunak, perangkat keras, serta proses bisnis atau praktik tertentu.
Kata agnostik berasal dari bahasa Yunani a- yang berarti tanpa dan gnōsis yang berarti pengetahuan. Dalam TI, ini berarti sesuatu dapat berfungsi tanpa “mengetahui” atau membutuhkan detail mendalam dari sistem yang digunakannya. Seperti halnya interoperabilitas, agnostik biasanya didukung oleh kepatuhan terhadap standar yang luas atau dengan menambahkan elemen tertentu—seperti kode—agar dapat berjalan di berbagai lingkungan.
Kelebihan dan kekurangan desain agnostik
Mendesain sistem agar bersifat agnostik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan bagi vendor maupun pelanggan mereka.
Kelebihan
Jangkauan lebih luas. Sebagian besar individu dan organisasi sudah memiliki komputer atau server serta memahami cara mengoperasikannya. Jika suatu produk dirancang secara vendor-agnostik, produk tersebut dapat dibeli dan digunakan oleh siapa saja, terlepas dari sistem yang mereka gunakan. Karena hal ini menguntungkan pelanggan, pendekatan ini dapat membantu vendor memperluas pangsa pasar.
Lebih mudah diadopsi. Pelanggan dapat mengintegrasikan produk yang bersifat agnostik ke dalam sistem mereka dengan lebih cepat. Hal ini dapat mempercepat waktu implementasi dan mengurangi kebutuhan pelatihan bagi pengguna akhir.
Umur lebih panjang. Perangkat keras atau lunak yang bersifat agnostik tidak bergantung pada sistem atau komponen lain yang mungkin mengalami perubahan besar atau dihentikan oleh vendor seiring waktu. Dengan demikian, umur produk ini cenderung lebih panjang dibandingkan dengan produk yang memiliki ketergantungan tertentu.
Kekurangan
Lebih kompleks. Produk agnostik biasanya memerlukan fungsi tambahan untuk mendukung berbagai jenis perangkat keras atau perangkat lunak. Ini bisa berupa kode tambahan untuk situs web hingga pemeliharaan kode dan compiler terpisah untuk berbagai sistem operasi. Kompleksitas yang meningkat ini menyebabkan biaya pengembangan dan pemeliharaan lebih tinggi.
Kinerja lebih rendah. Untuk membuat produk yang bersifat agnostik dengan biaya yang masuk akal, biasanya produk dirancang berdasarkan standar paling dasar—fitur yang paling umum di antara berbagai platform. Akibatnya, produk ini sering kali tidak memiliki optimasi spesifik untuk platform tertentu yang dapat meningkatkan efisiensi dan kapabilitasnya. Selain itu, penyesuaian untuk mendukung berbagai platform dapat menambah redundansi atau beban tambahan yang memengaruhi kinerja.
Lebih sulit dibuat dan dipelihara. Kompleksitas tambahan menyebabkan waktu pengembangan lebih lama, yang berarti waktu peluncuran produk juga lebih panjang dan biayanya lebih tinggi. Produk ini juga sering kali perlu diperbarui untuk mengikuti perubahan dan pembaruan dari setiap platform yang digunakannya.
Contoh penerapan agnostik dalam TI
Dalam TI, konsep agnostik dapat diterapkan dalam berbagai hal:
- Perangkat lunak yang bersifat platform-agnostik dapat berjalan di berbagai kombinasi sistem operasi dan arsitektur prosesor. Contohnya adalah aplikasi yang bisa digunakan di Windows, macOS, dan Linux.
- Perangkat lunak yang device-agnostic dapat berjalan di berbagai jenis perangkat, seperti komputer desktop, laptop, tablet, dan smartphone. Sebagian besar aplikasi web dirancang agar bersifat device-agnostic dengan menerapkan desain responsif.
- Perangkat lunak yang database-agnostic dapat berfungsi dengan berbagai sistem manajemen basis data, seperti MySQL atau Microsoft SQL Server.
- Perangkat lunak yang protocol-agnostic dapat beradaptasi dengan berbagai protokol komunikasi, seperti MPLS dan GMPLS.
- Perangkat lunak yang cloud-agnostic dapat berjalan di berbagai penyedia cloud publik, seperti AWS, Google Cloud, dan Microsoft Azure.
Lihat juga: portabilitas, backward compatibility, open, open source.