Apa itu availability bias (bias ketersediaan?)
Dalam psikologi, bias ketersediaan adalah kecenderungan manusia untuk mengandalkan informasi yang mudah diingat ketika mengevaluasi situasi atau membuat keputusan. Karena bias ini, orang cenderung percaya bahwa informasi yang mudah diingat lebih representatif daripada kenyataan sebenarnya. Bias ketersediaan — yang juga dikenal sebagai heuristik ketersediaan — adalah salah satu dari banyak bias kognitif yang menghambat pemikiran kritis dan, akibatnya, validitas keputusan kita.
Bias ketersediaan adalah jalan pintas kognitif yang mengandalkan apa yang segera muncul di pikiran untuk membuat keputusan dan penilaian cepat. Informasi ini mungkin berasal dari ingatan yang baru saja terjadi atau yang sangat mencolok. Informasi ini juga bisa didasarkan pada pengalaman pribadi atau dipengaruhi oleh sumber eksternal seperti media berita atau internet. Mengandalkan informasi ini membantu orang menghindari pemeriksaan fakta dan analisis yang melelahkan, tetapi meningkatkan kemungkinan bahwa keputusan mereka akan cacat.
Apa contoh bias ketersediaan?
Catalogue of Bias menawarkan definisi formal tentang bias ketersediaan: “Distorsi yang muncul dari penggunaan informasi yang paling mudah diakses, dibandingkan dengan yang sebenarnya lebih representatif.” Catalogue of Bias adalah organisasi dan upaya untuk menyusun daftar bias berdasarkan penelitian David Sackett. Makalahnya tahun 1979, “Bias in Analytic Research,” menjadi rancangan awal dari “katalog bias yang dapat mengganggu desain, pelaksanaan, analisis, dan interpretasi penelitian.”
Sebagai contoh bias ketersediaan, Catalogue of Bias mengacu pada penelitian di Universitas Erasmus di Rotterdam. Dalam studi tersebut, mereka menilai apakah dokter magang tahun pertama dan kedua cenderung mendasarkan diagnosis mereka pada pengalaman klinis terkini, daripada pada penalaran analitik. Hasilnya, dokter magang tahun kedua lebih cenderung membuat kesalahan diagnostik yang konsisten dengan bias ketersediaan dibandingkan dengan dokter magang tahun pertama yang menggunakan pengalaman tersebut. Namun, penalaran reflektif kemudian cenderung meningkatkan akurasi diagnosis pada kedua kelompok.
Secara alami, orang mengingat ingatan mencolok dengan lebih cepat. Namun, ada beberapa faktor yang memengaruhi seberapa baik mereka mengingat sesuatu. Sebagian besar orang lebih mudah mengingat detail yang mereka amati sendiri dibandingkan informasi yang hanya mereka dengar. Misalnya, individu yang mengetahui beberapa startup yang sukses lebih mungkin melebih-lebihkan persentase startup yang berhasil, bahkan jika mereka membaca statistik yang bertentangan.
Demikian pula, orang cenderung lebih mengingat peristiwa mencolok seperti kecelakaan pesawat daripada insiden yang lebih umum seperti kecelakaan mobil, meskipun jumlah kecelakaan mobil jauh lebih banyak. Akibatnya, mereka sering melebih-lebihkan kemungkinan kecelakaan pesawat dan mungkin memilih mengemudi daripada terbang, meskipun risiko kecelakaan di jalan jauh lebih tinggi.
Bias ketersediaan juga dapat berperan dalam keputusan seperti membeli tiket lotere. Gambar sensasional dari sedikit pemenang lotere dan gaya hidup mewah mereka membuat banyak orang membeli tiket lotere, meskipun mereka sebenarnya tidak mampu. Ini karena mereka percaya bahwa peluang mereka untuk menang jauh lebih tinggi daripada statistik sebenarnya.
Bias kognitif lainnya termasuk bias konfirmasi dan bias menguntungkan diri sendiri. Dengan bias konfirmasi, orang cenderung memberikan kredibilitas berlebihan pada materi yang mendukung keyakinan dan sikap mereka sendiri, sambil mengabaikan informasi yang bertentangan. Dengan bias menguntungkan diri sendiri, orang lebih cenderung memberikan penilaian positif pada aktivitas mereka sendiri dan menginterpretasikan data ambigu dengan cara yang sesuai dengan tujuan mereka sendiri, seringkali dengan mengorbankan orang lain.
Bias kognitif dapat menyebabkan penilaian yang salah dan keputusan yang buruk. Ketika dilakukan pada tingkat kelompok, hal ini dapat memiliki konsekuensi yang merugikan. Kesadaran akan pola-pola ini adalah salah satu langkah pertama yang diperlukan untuk meningkatkan pemikiran kritis.
Pelajari juga: efek serangan balik, bias pembelajaran mesin, keberagaman kognitif, fudge factor, pengecekan realitas