Apa itu Clinical Document Architecture (CDA)?
Clinical Document Architecture (CDA) adalah standar markup fleksibel yang dikembangkan oleh Health Level 7 International (HL7). Standar ini menentukan struktur berbagai dokumen medis, seperti ringkasan pemulangan pasien dan catatan perkembangan, agar informasi medis bisa lebih mudah dipertukarkan antara penyedia layanan kesehatan dan pasien.
Dokumen-dokumen ini bisa berisi teks, gambar, dan berbagai jenis multimedia lainnya—yang semuanya merupakan bagian penting dari rekam medis elektronik (EHR).
CDA adalah salah satu standar HL7 yang paling banyak digunakan. Standar ini memiliki struktur desain umum dengan enam karakteristik utama sesuai pedoman HL7:
- Persistence (dokumen tetap tersedia dalam jangka waktu lama)
- Stewardship (dikelola oleh organisasi terpercaya, misalnya rumah sakit yang menggunakan CDA)
- Potential for authentication (bisa mendapatkan tanda sah secara hukum bahwa informasi klinis yang tercatat adalah akurat)
- Context (memiliki konteks bawaan, seperti identitas pasien dan siapa yang membuat dokumen)
- Wholeness (dokumen utuh bisa diverifikasi, bukan hanya bagian-bagian tertentu saja)
- Human readability (bisa dibaca dengan mudah di browser atau perangkat mobile)
CDA berbasis XML (Extensible Markup Language). Untuk merepresentasikan konsep kesehatan, CDA menggunakan Reference Information Model (RIM) dari HL7, yang menempatkan data dalam konteks klinis atau administratif serta menunjukkan bagaimana data saling terhubung. CDA juga memanfaatkan sistem pengkodean seperti SNOMED CT (Systematized Nomenclature of Medicine — Clinical Terms) dan LOINC (Logical Observation Identifiers Names and Codes).
Dengan format HL7 yang berbasis XML dan RIM, Clinical Document Architecture memungkinkan EHR dan sistem TI kesehatan lainnya memproses dokumen sekaligus tetap dapat dibaca dengan mudah melalui browser web atau perangkat seluler.
Dengan menetapkan standar pertukaran informasi, CDA menjadi langkah menuju tujuan besar: memastikan bahwa catatan pasien dapat dibuat dan dibaca oleh sistem EHR apa pun. Menurut HL7, banyak vendor EHR telah mengadopsi CDA dan dapat mengonversi format eksklusif mereka ke dalam CDA.
Bagaimana data dalam CDA dipertukarkan?
CDA tidak menetapkan metode khusus untuk mentransfer data dalam dokumen. Ada berbagai opsi yang bisa digunakan, seperti:
- DICOM (Digital Imaging and Communications in Medicine)
- MIME (Multi-Purpose Internet Mail Extensions)
- FTP (File Transfer Protocol)
- HTTP (Hypertext Transfer Protocol)
- Pesan HL7 versi 2 dan HL7 versi 3
Bersama dengan standar Continuity of Care Record (CCR), CDA menjadi dasar bagi standar Continuity of Care Document (CCD) yang digunakan untuk pertukaran informasi dokumen pasien. Kedua standar ini juga memenuhi pedoman pemerintah Amerika Serikat untuk meaningful use dalam teknologi EHR.
Varian CDA dan perkembangan lebih lanjut
Ada beberapa varian CDA yang sempat dikembangkan, antara lain:
- Pada 2010-2011, HL7 mengembangkan Green CDA, yang diklaim sebagai versi CDA yang lebih ringan dan lebih mudah digunakan. Namun, sejak 2015, proyek ini jarang disebutkan lagi.
- Pada 2012, karena banyaknya variasi CDA yang digunakan dalam industri kesehatan, Office of the National Coordinator for Health Information Technology (ONC) menyederhanakan template CDA yang paling umum digunakan untuk menciptakan Consolidated-CDA (C-CDA).
Selain CDA, HL7 juga mengembangkan standar baru bernama Fast Healthcare Interoperability Resources (FHIR, dibaca “fire”). FHIR semakin populer di industri kesehatan dan memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan CDA.
Sebagai contoh, CDA fokus pada pertukaran dokumen klinis, sementara FHIR juga bisa digunakan untuk pertukaran informasi keuangan dan aspek lain yang tidak selalu berhubungan langsung dengan perawatan pasien.