Apa itu cold backup (offline backup)?
Cold backup adalah pencadangan database yang sedang offline. Ini juga dikenal sebagai offline backup.
Cold backup dianggap sebagai salah satu metode pencadangan paling aman karena menghindari risiko menyalin data yang mungkin sedang diperbarui. Namun, metode ini membutuhkan downtime karena pengguna tidak dapat mengakses database selama proses backup berlangsung.
Cold backup dapat dilakukan ke disk lain di server tempat database berada. Tetapi jika server mengalami crash, backup juga bisa hilang. Untuk menghindari masalah ini, admin biasanya menyalin backup ke tape atau disk di server lain.
Cold backup juga bisa dilakukan pada USB drive atau hard drive eksternal dengan cara mencabut drive tersebut setelah backup selesai. Namun, untuk backup berikutnya, perangkat penyimpanan harus kembali dihubungkan.
Keuntungan cold backup
Cold backup kebal terhadap lonjakan listrik dan gangguan daya. Backup ini juga tidak bisa diganggu oleh virus atau peretas. Selain itu, cold backup mencegah penghapusan atau penimpaan data secara tidak sengaja.
Cold backup memastikan data yang dicadangkan tetap konsisten, tetapi metode ini tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan operasional 24/7. Untuk memastikan file tidak berubah selama proses backup, semua pengguna harus keluar dan menghentikan aktivitas di sistem tersebut.
Jika sebuah organisasi mencadangkan data ke lokasi lain, cold backup bisa dilakukan dari salinan data tersebut. Karena file tidak berubah selama proses backup, database akan tetap dalam kondisi stabil saat sistem kembali beroperasi normal. Cold backup biasanya disimpan dalam kondisi mati hingga terjadi bencana, saat mana pengguna perlu masuk ke mode pemulihan (disaster recovery).
Cold backup vs. hot backup vs. warm backup
Cold backup relatif murah untuk dikelola. Biasanya, ini berupa lokasi off-site tempat data yang diperlukan untuk pemulihan bisa diambil dan dikirim sebelum proses pemulihan bisa dimulai. Namun, transisi dari cold backup ke operasi penuh bisa memakan waktu cukup lama. Jika waktu downtime sistem harus seminimal mungkin, hot backup bisa menjadi alternatif yang lebih baik.
Hot backup memungkinkan pencadangan dilakukan meskipun database sedang diakses oleh pengguna. Namun, jika data berubah selama backup berlangsung, hasil backup bisa menjadi tidak konsisten. Hot backup juga menggunakan sumber daya komputasi, sehingga dapat mempengaruhi kinerja database. Server hot backup biasanya menerima pembaruan secara terus-menerus dari server produksi dan siap mengambil alih jika terjadi failover.
Dalam warm backup, server dinyalakan tetapi tidak aktif bekerja, atau dinyalakan secara berkala untuk menerima pembaruan dari server utama. Warm backup sering digunakan untuk mirroring atau replication.