Dark data adalah informasi digital yang dikumpulkan dan disimpan oleh organisasi, tetapi tidak digunakan untuk keperluan bisnis. Perusahaan riset dan konsultasi Gartner Inc. mendefinisikan dark data sebagai “aset informasi yang dikumpulkan, diproses, dan disimpan oleh organisasi dalam aktivitas bisnisnya, tetapi umumnya tidak dimanfaatkan untuk tujuan lain.”

Bagaimana Dark Data Digunakan?

Sering kali, organisasi membiarkan data tetap “gelap” karena alasan praktis. Misalnya, data bisa saja dalam kondisi tidak rapi (dirty data), dan saat sudah bisa dibersihkan, informasinya mungkin sudah terlalu usang untuk digunakan. Dalam situasi seperti ini, data bisa saja tidak lengkap, sudah kedaluwarsa, diproses dengan cara yang salah, atau disimpan dalam format dan perangkat yang sudah tidak lagi kompatibel.

Belakangan, istilah dark data semakin sering dikaitkan dengan big data dan data operasional. Contoh dark data meliputi file log server yang bisa memberikan wawasan tentang perilaku pengunjung website, rekaman panggilan pelanggan yang mengandung sentimen konsumen dalam format tidak terstruktur, serta data geolokasi dari perangkat mobile yang bisa mengungkap pola lalu lintas dan membantu perencanaan bisnis.

Secara potensial, jenis dark data ini bisa dimanfaatkan untuk membuka sumber pendapatan baru, mengurangi pemborosan, dan menekan biaya operasional. Oleh karena itu, banyak organisasi yang awalnya menyimpan dark data hanya untuk keperluan kepatuhan regulasi kini mulai menggunakan Hadoop untuk mengekstrak informasi berharga dari data tersebut dan mencocokkannya dengan peluang bisnis yang potensial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *