Apa itu replikasi data?

Replikasi data adalah proses menyalin data dari satu lokasi ke lokasi lain. Teknologi ini membantu organisasi menjaga salinan data yang selalu diperbarui jika terjadi bencana.

Replikasi dapat dilakukan melalui storage area network, local area network (LAN) atau wide area network (WAN), serta ke cloud. Untuk keperluan pemulihan bencana (disaster recovery/DR), replikasi biasanya terjadi antara lokasi penyimpanan utama dan lokasi sekunder di luar situs.

Pendekatan dalam replikasi data

Ada empat tempat di mana replikasi dapat terjadi: pada host, hypervisor, storage array, atau jaringan. Dulu, metode replikasi berbasis array mendominasi, tetapi metode lainnya semakin populer.

Replikasi berbasis host menggunakan server untuk menyalin data dari satu situs ke situs lain dengan menggunakan perangkat lunak pada server aplikasi. Biasanya berbasis file dan bersifat asinkron. Perangkat lunak replikasi berbasis host memiliki fitur seperti deduplikasi, kompresi, enkripsi, dan pengendalian kecepatan (throttling).

Replikasi berbasis hypervisor adalah jenis replikasi berbasis host yang menyalin seluruh virtual machine (VM) dari satu server host atau cluster host ke yang lain. Karena dirancang khusus untuk VM, replikasi ini memudahkan pemulihan jika salinan utama VM hilang. Selain itu, bisa berjalan pada server yang tidak memiliki dukungan replikasi bawaan. Namun, semua replikasi berbasis host menggunakan sumber daya CPU yang dapat memengaruhi kinerja server.

Replikasi berbasis array memungkinkan storage array yang kompatibel menggunakan perangkat lunak bawaan untuk secara otomatis menyalin data antar-array. Metode ini lebih andal dan memerlukan koordinasi minimal antar departemen dalam penerapannya. Namun, replikasi ini terbatas pada lingkungan penyimpanan yang homogen, karena memerlukan array sumber dan target yang serupa.

Replikasi berbasis jaringan memerlukan switch atau perangkat tambahan antara storage array dan server. Replikasi ini biasanya dilakukan di lingkungan penyimpanan heterogen, karena dapat bekerja dengan array apa pun dan mendukung platform host apa pun. Namun, jumlah produk replikasi berbasis jaringan lebih sedikit dibandingkan dengan berbasis array dan host.

Replikasi data sinkron vs. asinkron

Replikasi data bisa bersifat sinkron atau asinkron, tergantung pada waktu terjadinya proses.

Replikasi sinkron terjadi secara real-time dan lebih disukai untuk aplikasi dengan recovery time objective (RTO) rendah yang tidak boleh kehilangan data. Metode ini terutama digunakan untuk aplikasi transaksi kelas atas yang memerlukan failover instan jika terjadi kegagalan. Namun, pendekatan ini lebih mahal dan dapat menyebabkan latensi yang memperlambat aplikasi utama.

Replikasi sinkron didukung oleh produk replikasi berbasis array dan sebagian besar berbasis jaringan, tetapi jarang ditemukan pada yang berbasis host.

Replikasi asinkron memiliki jeda waktu. Ini dirancang untuk bekerja dalam jarak jauh dan membutuhkan lebih sedikit bandwidth.

Metode ini cocok untuk bisnis yang dapat mentoleransi recovery point objective (RPO) yang lebih panjang. Karena ada jeda waktu dalam penyalinan, dua salinan data mungkin tidak selalu identik. Replikasi asinkron didukung oleh produk replikasi berbasis array, jaringan, dan host.

Replikasi data dengan teknologi lain

Replikasi data adalah teknologi kunci dalam disaster recovery. Ini sering dikombinasikan dengan teknologi snapshot, yang memungkinkan pengguna mereplikasi data secara berkala sambil tetap dapat mengembalikan ke snapshot titik waktu tertentu untuk pemulihan. Deduplikasi — yang menghilangkan data redundan — juga sering digunakan bersama replikasi untuk DR dan backup. Deduplikasi membantu replikasi dengan mengurangi jumlah data yang harus dipindahkan melalui jaringan.

Sebuah organisasi perlu menguji replikasi untuk memastikan ada bandwidth yang cukup dan bahwa data yang direplikasi sesuai. Administrator juga harus memastikan bahwa infrastruktur yang tersedia dapat mereplikasi data dengan cepat agar dapat mengikuti pertumbuhan data dan tingkat perubahan data.

Administrator backup harus mempertimbangkan volume data yang direplikasi, terutama jika organisasi melakukan replikasi ke pusat data jarak jauh. Menyinkronkan sejumlah besar data melalui koneksi berkecepatan rendah mungkin tidak praktis. Dalam hal ini, metode seeding — yaitu menyalin data ke media yang dapat dilepas dan kemudian ke perangkat target — bisa menjadi opsi yang lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *