Apa itu argumen deduktif?
Argumen deduktif adalah suatu konstruksi logis yang terdiri dari dua atau lebih premis serta satu kesimpulan, di mana jika premis-premis tersebut benar, maka kesimpulannya juga harus benar. Dalam filsafat, jika kebenaran kesimpulan sepenuhnya ditentukan oleh premis, maka argumen tersebut disebut valid. Jika argumen valid dan premisnya benar, maka argumen tersebut disebut sound (kokoh).
Argumen deduktif menetapkan kebenaran suatu kesimpulan dengan menyatakan dua atau lebih premis yang benar yang mengarah pada kesimpulan yang benar. Argumen deduktif bisa dinyatakan secara sederhana sebagai “Jika A dan B benar, maka C juga harus benar.” Argumen deduktif menggunakan penalaran deduktif. Dalam argumen deduktif, premis-premis memiliki implikasi logis.
Contoh sederhana dari argumen deduktif adalah “Semua anjing memiliki empat kaki, hewan peliharaan John adalah anjing, maka hewan peliharaan John memiliki empat kaki.”
Sebuah silogisme adalah bentuk argumen deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan.
Validitas dan kekokohan argumen deduktif
Argumen deduktif disebut valid jika kebenaran premis-premisnya memastikan bahwa kesimpulan juga benar. Argumen deduktif disebut sound jika premis-premisnya benar.
Pertimbangkan contoh berikut: “Semua anjing memiliki empat kaki, semua anjing adalah hewan, maka semua hewan memiliki empat kaki.” Pernyataan ini tidak valid karena premis-premisnya tidak secara logis memastikan bahwa kesimpulan tersebut benar.
Contoh lain: “Semua anjing memiliki empat kaki, Rover adalah anjing, maka Rover memiliki empat kaki.” Argumen ini valid karena jika premis-premisnya benar, maka kesimpulannya juga harus benar. Namun, argumen ini tidak sound karena premis “Semua anjing memiliki empat kaki” tidak sepenuhnya benar—beberapa anjing mungkin kehilangan kakinya karena kecelakaan.
Cara yang baik untuk menentukan apakah sebuah argumen valid dan sound adalah dengan mencoba mencari contoh tandingan. Jika tidak ada contoh tandingan yang ditemukan, kemungkinan besar argumen tersebut sound.
Contoh argumen deduktif yang valid dan sound adalah “Semua anjing adalah hewan, Rover adalah anjing, maka Rover adalah hewan.”
Berhati-hatilah saat mengevaluasi argumen deduktif, karena mungkin saja premis-premisnya benar dan kesimpulannya juga benar, tetapi logikanya tidak sound, sehingga menjadi tidak valid dan bisa menimbulkan kesalahan jika diterima. Contohnya: “John memiliki seekor anjing, Rover tinggal di rumah John, maka Rover adalah anjing.” Walaupun pernyataan-pernyataan ini mungkin benar, logika yang sama akan membuat kita percaya bahwa John juga adalah seekor anjing.
Argumen deduktif vs. induktif
Dalam filsafat, argumen deduktif dibedakan dari argumen induktif. Keduanya memiliki premis dan kesimpulan, tetapi perbedaannya adalah dalam argumen deduktif, kesimpulan harus benar jika premis-premisnya benar, sedangkan dalam argumen induktif, kesimpulannya hanya mungkin benar. Argumen induktif menggunakan penalaran induktif.
Contoh argumen induktif: “Sebagian besar anjing memiliki bulu, Rover adalah anjing, maka Rover kemungkinan besar memiliki bulu.”
Dalam argumen induktif, jika premis-premisnya secara logis mendukung kesimpulan, maka argumen tersebut disebut kuat (strong). Jika argumen induktif kuat dan premis-premisnya benar, maka argumen itu disebut kognitif (cognizant). Ini mirip dengan konsep valid dan sound dalam argumen deduktif.
Perbedaan antara argumen deduktif dan induktif tidak sepenuhnya diterima oleh semua filsuf. Beberapa menggunakan definisi yang sedikit berbeda, sementara yang lain percaya bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara keduanya dan bahwa semua argumen memiliki karakteristik yang bervariasi, sehingga sulit atau bahkan tidak berguna untuk mengkategorikannya dengan cara ini.
Lihat juga: kebenaran absolut, empirisme, Ockham’s Razor, penalaran otomatis, analisis akar masalah, metode ilmiah