Apa itu DevOps Dojo?

DevOps Dojo adalah tempat bagi anggota tim DevOps untuk mendapatkan pelatihan langsung secara praktis.
Di Jepang, dojo adalah lingkungan yang aman untuk berlatih keterampilan baru. Dalam pengelolaan pengembangan perangkat lunak dan operasi, DevOps Dojo menyediakan lingkungan imersif di mana anggota tim bisa mendapatkan pengalaman kerja praktis tanpa takut membuat kesalahan yang berdampak pada lingkungan produksi.

Tim di dalam DevOps Dojo biasanya terdiri dari tim produk yang sedang belajar, manajer produk, pelatih Agile, dan para engineer. Tim ini bersifat self-organizing, artinya mereka akan bekerja sama untuk menentukan keterampilan apa yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan, lalu merencanakan cara terbaik untuk mengembangkan keterampilan tersebut.

Manfaat DevOps Dojo

Berikut beberapa manfaat dari pembentukan dan penggunaan DevOps Dojo dalam pelatihan:

  • Mengidentifikasi dan menutup kesenjangan keterampilan dalam tim.
  • Membangun budaya kolaborasi dalam tim.
  • Memberikan waktu yang cukup bagi anggota tim DevOps untuk mempelajari hal baru.
  • Menyediakan lingkungan belajar yang kolaboratif dan bebas risiko bagi tim pengembangan dan operasi.
  • Menciptakan pelatih yang siap untuk mengelola DevOps Dojo di masa depan.

Cara Kerja DevOps Dojo

Sesi dalam DevOps Dojo biasanya berlangsung selama enam minggu, dengan sekitar dua sprint per minggu. Selama periode ini, pelatih Dojo akan berperan sebagai mentor hingga tim dapat bekerja secara mandiri sesuai ekspektasi. Misalnya, pelatih akan membantu anggota tim memahami dan menggunakan alat-alat DevOps yang diperlukan.
Implementasi DevOps Dojo sebaiknya dimulai dengan tim kecil dan hanya beberapa pelatih. Biasanya, para pengembang dalam Dojo akan menjalani serangkaian latihan ringan untuk mengasah keterampilan baru. Setiap latihan ini disebut sebagai kata.

Salah satu pendekatan umum dalam DevOps Dojo adalah Dojo Challenge. Dalam tantangan ini, tim bekerja untuk mencapai satu tujuan bersama selama enam minggu. Namun, tujuan utama dari tantangan ini bukan sekadar menyelesaikan target, melainkan membantu tim mengidentifikasi dan meningkatkan area yang masih perlu dilatih. Dengan demikian, tekanan untuk mencapai target dikurangi dan suasana belajar menjadi lebih santai.

Contoh Implementasi DevOps Dojo

Retailer Target dianggap sebagai pelopor dalam menciptakan DevOps Dojo. Sebelum mengembangkan konsep ini, Target menghadapi berbagai tantangan teknologi, seperti kurangnya budaya rekayasa yang dinamis—lebih dari setengah pekerjaan teknologinya dialihdayakan—serta kompleksitas organisasi TI mereka dengan lebih dari 800 proyek berjalan secara bersamaan.
Sebagai solusinya, Target mulai mengadakan sesi pelatihan dan lokakarya DevOps Dojo. Mereka juga menciptakan Dojo Challenge, sebuah metode spesifik dalam Dojo yang menekankan pada pembelajaran melalui praktik.

Awalnya, Target menggunakan pelatihan dari sumber eksternal. Namun, setelah konsep Dojo mulai berkembang dan banyak diminati, mereka beralih ke pelatihan internal. Tim TI internal mereka yang sudah terlatih kemudian menjadi pelatih dan mentor bagi rekan-rekan lainnya dalam menerapkan strategi dan alat DevOps. Saat ini, Target secara rutin menyelenggarakan pelatihan, lokakarya, serta konferensi internal maupun eksternal, di mana mereka mengundang para ahli untuk berbagi ilmu dan pengalaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *