Uji Buta Ganda (Double Blind Test) adalah eksperimen di mana baik subjek maupun pengamat tidak mengetahui bahwa latihan yang dilakukan adalah sebuah uji coba. Uji buta ganda sering disebut sebagai standar emas dalam pengujian.
Uji buta ganda digunakan dalam eksperimen ilmiah di bidang kedokteran dan psikologi, termasuk uji coba teoritis dan praktis. Ketidaktahuan yang ada dalam uji buta ganda membantu menghindari bias dan memperhitungkan efek lain yang dapat mempengaruhi hasil, seperti efek plasebo, di mana keyakinan bahwa seseorang sedang menerima pengobatan dapat memengaruhi hasil itu sendiri.
Dalam keamanan komputer, pengujian penetrasi sering dilakukan baik dalam uji buta tunggal (single blind) maupun uji buta ganda. Pada pengujian penetrasi buta tunggal, tim peretas yang menguji sebuah organisasi melakukannya dengan sedikit informasi sebelumnya. Setelah ditugaskan untuk menguji suatu organisasi, tim akan menggali informasi dari sumber yang tersedia secara publik. Tim dapat mengakses USENET, situs web perusahaan, forum, dan pendaftaran nama domain untuk membantu menemukan dan mengeksploitasi kerentanannya. Pada uji penetrasi buta ganda, tidak hanya tim penguji yang tidak dipersiapkan untuk uji coba tersebut, tim IT dari organisasi yang diuji juga tidak diberi informasi sebelumnya. Uji penetrasi buta ganda menciptakan simulasi serangan siber yang sangat efektif dan mirip dengan kondisi dunia nyata.
Sering kali, dalam ilmu kedokteran, uji klinis dilakukan di mana subjek yang menjalani pengobatan sering kali tidak tahu apakah mereka benar-benar menerima pengobatan atau plasebo. Kondisi uji coba ini merupakan uji buta tunggal. Jika peneliti juga tidak tahu pasien mana yang sebenarnya menerima pengobatan, ini disebut uji buta ganda. Demikian pula, dalam ilmu lain, subjek mungkin termasuk dalam kelompok uji buta ganda atau kelompok kontrol, dan peneliti tidak akan mengetahuinya.
Dalam konteks uji penetrasi, teknologi terbaru memungkinkan penggunaan alat otomatis dan kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi dan menguji potensi kerentanannya. Misalnya, alat uji penetrasi berbasis AI dapat melakukan serangan simulasi dengan lebih cepat dan lebih akurat, meningkatkan efektivitas uji buta ganda dalam mendeteksi potensi ancaman siber yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh tim penguji atau organisasi.
Selain itu, dalam eksperimen medis, teknologi seperti big data dan analisis prediktif juga mulai diterapkan untuk meningkatkan keakuratan dan efisiensi uji buta ganda, mengurangi pengaruh faktor luar yang dapat memengaruhi hasil uji coba.