Apa itu diagram fishbone?
Diagram fishbone, juga dikenal sebagai diagram Ishikawa atau diagram sebab-akibat, adalah alat visualisasi untuk mengategorikan penyebab potensial dari suatu masalah. Alat ini digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah. Diagram fishbone pada dasarnya adalah alat analisis kausal yang dirancang untuk memetakan secara visual penyebab dan sub-penyebab yang mengarah pada suatu masalah atau efek tertentu.
Biasanya digunakan untuk analisis akar penyebab, diagram fishbone menggabungkan praktik brainstorming dengan jenis peta pikiran. Diagram ini harus efisien sebagai teknik uji kasus untuk menentukan sebab dan akibat.
Diagram fishbone berguna dalam manajemen proyek, pengembangan produk, dan pemecahan masalah, yang biasanya digunakan untuk memfokuskan diskusi tentang suatu permasalahan. Diagram fishbone digunakan dalam berbagai industri, seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan layanan pelanggan untuk perbaikan proses dan penyelesaian masalah layanan pelanggan.
Setelah tim melakukan brainstorming tentang semua kemungkinan penyebab suatu masalah, fasilitator membantu tim menilai penyebab potensial berdasarkan tingkat kepentingannya dan membuat hierarki diagram. Nama diagram ini berasal dari desainnya, yang menyerupai kerangka ikan. Diagram fishbone biasanya dibuat dari kanan ke kiri, dengan setiap “tulang” besar bercabang untuk memasukkan tulang yang lebih kecil, masing-masing berisi detail lebih lanjut.
Dr. Kaoru Ishikawa, seorang pakar pengendalian kualitas asal Jepang, dikreditkan sebagai penemu diagram fishbone untuk membantu karyawan menghindari solusi yang hanya menangani gejala dari masalah yang lebih besar. Ishikawa memperkenalkan diagram ini pada tahun 1960-an di galangan kapal Kawasaki sebagai bagian dari proses manajemen kualitas.
Diagram fishbone dianggap sebagai salah satu dari tujuh alat kualitas dasar dan digunakan dalam fase “analyze” dari pendekatan Six Sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) untuk pemecahan masalah.
Cara membuat diagram fishbone
Diagram fishbone biasanya dibuat selama rapat tim dan digambar di papan tulis atau kertas flipchart. Setelah masalah yang perlu dipelajari lebih lanjut diidentifikasi, tim dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk membuat diagram:
- Kepala ikan dibuat dengan mencantumkan masalah dalam format pernyataan dan menggambar kotak di sekelilingnya. Panah horizontal kemudian digambar melintasi halaman dengan panah mengarah ke kepala. Ini berfungsi sebagai tulang punggung ikan.
- Definisikan setidaknya empat kategori utama penyebab yang mungkin berkontribusi pada masalah. Beberapa kategori umum yang bisa dimulai adalah metode, keterampilan, peralatan, orang, material, lingkungan, atau pengukuran. Penyebab ini kemudian digambar bercabang dari tulang punggung dengan panah, membentuk tulang pertama ikan.
- Untuk setiap penyebab utama, anggota tim melakukan sesi brainstorming untuk mengembangkan informasi pendukung yang mungkin berkontribusi pada penyebab tersebut. Ini biasanya melibatkan metode pertanyaan tertentu, seperti 5 Whys atau 4P (Kebijakan, Prosedur, Orang, dan Pabrik) untuk menjaga diskusi tetap terarah. Faktor-faktor pendukung ini ditulis bercabang dari penyebab terkaitnya.
- Proses ini dilanjutkan hingga akar penyebab masalah telah diidentifikasi. Tim kemudian menganalisis diagram hingga mereka mencapai kesepakatan tentang hasil dan langkah selanjutnya.
Alat dan perangkat lunak digital untuk membuat diagram fishbone
Berikut adalah daftar alat dan perangkat lunak digital yang dapat digunakan untuk membuat diagram fishbone, diurutkan secara alfabetis. Vendor berikut menawarkan alat dan template untuk membuat diagram fishbone:
- Canva.
- ClickUp.
- Creately.
- EdrawMax.
- Lucidchart.
- Miro.
- SmartDraw.
Catatan editor: Penulis memilih daftar ini setelah penelitian internet yang ekstensif mencari template dan penyedia alat diagram fishbone.
Kapan menggunakan diagram fishbone
Beberapa alasan mengapa tim mungkin ingin mempertimbangkan untuk menggunakan diagram fishbone meliputi:
- Mengidentifikasi kemungkinan penyebab suatu masalah.
- Mengembangkan produk yang mengatasi masalah dalam penawaran pasar saat ini.
- Mengungkap bottleneck atau area kelemahan dalam suatu proses bisnis.
- Menghindari masalah berulang atau kelelahan karyawan.
- Memastikan bahwa tindakan korektif yang diambil benar-benar menyelesaikan masalah.