Maximizer adalah seseorang yang selalu berusaha mendapatkan hasil paling optimal dalam setiap keputusan yang mereka buat. Mereka cenderung perfeksionis, tapi istilah maximizer dan maximizing lebih sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan daripada sekadar sikap perfeksionis dalam kehidupan sehari-hari.
Maximizers cenderung butuh waktu lama untuk mengambil keputusan karena mereka terdorong untuk menemukan pilihan yang benar-benar sempurna. Akibatnya, mereka memang sering kali berhasil membuat keputusan terbaik. Tapi di sisi lain, proses ini bisa jadi terlalu panjang karena melibatkan pengumpulan informasi, riset, analisis, dan perbandingan yang berlarut-larut. Bahkan setelah keputusan dibuat, maximizers masih suka overthinking dan merasa kurang puas dengan pilihan mereka.
Dalam beberapa kasus, maximizers bisa sampai mengalami kesulitan luar biasa dalam mengambil keputusan, sehingga mereka malah terjebak dalam prosesnya. Barry Schwartz, penulis buku “The Paradox of Choice,” menjelaskan bahwa analysis paralysis bisa membuat maximizers terlalu lama mempertimbangkan pilihan hingga mereka kesulitan untuk menentukan keputusan akhir. Karena proses ini sangat melelahkan, mereka juga rentan menunda-nunda pekerjaan, yang akhirnya bisa menghambat produktivitas mereka.
Pada tahun 1957, psikolog Herbert Simon mengidentifikasi maximizers sebagai salah satu tipe pengambil keputusan. Tipe lainnya disebut satisficers, yaitu mereka yang lebih pragmatis dan cenderung puas dengan pilihan yang sekadar memenuhi kebutuhan mereka, tanpa harus menjadi yang paling sempurna.