Apa itu Model Prototyping?

Model prototyping adalah metode pengembangan sistem di mana sebuah prototipe dibuat, diuji, dan kemudian diperbaiki sesuai kebutuhan hingga hasil yang dapat diterima tercapai, yang kemudian menjadi dasar untuk mengembangkan sistem atau produk lengkap.

Model ini paling cocok digunakan dalam skenario di mana semua persyaratan proyek belum diketahui secara rinci sejak awal. Ini adalah proses berulang yang melibatkan trial-and-error antara pengembang dan pengguna.

Langkah-langkah Model Prototyping

Dalam kebanyakan kasus, langkah-langkah dalam model prototyping adalah sebagai berikut:

  1. Persyaratan sistem baru didefinisikan sedetail mungkin, biasanya melalui wawancara dengan berbagai pengguna yang mewakili semua aspek sistem yang ada.
  2. Desain awal yang sederhana dibuat untuk sistem baru.
  3. Prototipe pertama dibuat berdasarkan desain awal. Ini biasanya berupa sistem versi skala kecil yang mendekati karakteristik produk akhir.
  4. Pengguna mengevaluasi prototipe pertama secara menyeluruh, mencatat kelebihan dan kekurangannya, serta memberikan masukan terkait penambahan atau penghapusan fitur. Pengembang mengumpulkan dan menganalisis umpan balik dari pengguna.
  5. Prototipe pertama dimodifikasi berdasarkan umpan balik pengguna, dan prototipe kedua dibuat.
  6. Prototipe kedua dievaluasi dengan cara yang sama seperti prototipe pertama.
  7. Langkah-langkah sebelumnya diulangi sebanyak yang diperlukan hingga pengguna puas dengan hasil akhirnya.
  8. Sistem final dibangun berdasarkan prototipe terakhir.
  9. Sistem final diuji secara menyeluruh dan dilakukan pemeliharaan rutin untuk mencegah kegagalan besar serta meminimalkan downtime.

Jenis-jenis Model Prototyping

Ada beberapa jenis model prototyping yang dapat diterapkan oleh tim pengembangan berdasarkan kebutuhan mereka, antara lain:

  • Rapid Throwaway. Metode ini mengeksplorasi ide dengan mengembangkan prototipe berdasarkan persyaratan awal, yang kemudian diperbarui berdasarkan umpan balik pengguna. Setiap prototipe dibuang dan tidak menjadi bagian dari produk akhir.
  • Evolutionary. Pendekatan ini menggunakan prototipe yang terus diperbarui setelah setiap iterasi umpan balik pengguna, sehingga menghemat waktu dan tenaga karena tidak perlu memulai dari nol.
  • Incremental. Teknik ini membagi konsep produk akhir menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, lalu membuat prototipe untuk masing-masing bagian. Pada akhirnya, prototipe tersebut digabungkan menjadi produk akhir.
  • Extreme. Model prototipe ini khusus digunakan dalam pengembangan web. Semua prototipe web dibuat dalam format HTML dengan lapisan layanan dan kemudian diintegrasikan ke dalam produk akhir.

Keuntungan Model Prototyping

Menggunakan model prototyping dapat memberikan berbagai keuntungan, termasuk:

  • Pelanggan dapat memberikan masukan sejak awal, meningkatkan kepuasan pelanggan.
  • Fungsi yang hilang dan kesalahan dapat dideteksi lebih cepat.
  • Prototipe dapat digunakan kembali untuk proyek yang lebih kompleks di masa mendatang.
  • Mengutamakan komunikasi tim dan praktik desain yang fleksibel.
  • Pengguna dapat lebih memahami cara kerja produk.
  • Umpan balik pelanggan yang lebih cepat memberikan gambaran yang lebih baik tentang kebutuhan pelanggan.

Kekurangan Model Prototyping

Kekurangan utama dari metode ini adalah biaya yang lebih tinggi dalam hal waktu dan uang dibandingkan metode pengembangan lainnya, seperti Spiral atau Waterfall Model. Karena dalam banyak kasus prototipe dibuang, beberapa perusahaan mungkin tidak melihat nilai dalam pendekatan ini.

Selain itu, melibatkan umpan balik pelanggan terlalu dini dalam siklus pengembangan dapat menimbulkan masalah. Salah satu masalahnya adalah adanya terlalu banyak permintaan perubahan yang sulit untuk diakomodasi. Masalah lain bisa muncul jika setelah melihat prototipe, pelanggan menginginkan rilis final lebih cepat atau kehilangan minat terhadap produk tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *