Apa itu SODOTO?

SODOTO (See One, Do One, Teach One) adalah metode pembelajaran dan pengajaran keterampilan serta best practice melalui tiga langkah utama: mengamati secara langsung, melakukan sendiri, dan mengajarkan kepada orang lain.

Metode ini sering digunakan dalam program magang sebagai cara efektif untuk mengajarkan keterampilan teknis yang banyak dibutuhkan kepada banyak siswa. SODOTO diterapkan dalam pelatihan prosedur baru bagi insinyur, petugas kepolisian, mahasiswa kedokteran, serta tenaga medis. Selain itu, metode ini juga sering digunakan dalam latihan lapangan untuk persiapan menghadapi situasi krisis dan zona pertempuran.

Tiga Tahap SODOTO

Meskipun sekilas “See One” (Melihat) terdengar seperti hanya menonton satu contoh saja, tahap ini sebenarnya bisa mencakup pembelajaran dari para ahli, buku teks, dan media interaktif. Tujuannya adalah agar siswa memahami materi secara menyeluruh sebelum mempraktikkannya.

Pada tahap “Do One” (Melakukan), siswa mulai menerapkan teori ke dalam praktik. Mereka melakukan tugas tersebut, biasanya di bawah pengawasan mentor. Di sinilah pembelajaran semakin berkembang melalui pengalaman langsung, berbagai variabel dunia nyata, serta uji coba oleh instruktur.

Di tahap “Teach One” (Mengajarkan), siswa meneruskan ilmu yang sudah mereka pelajari dengan mengajarkannya kepada orang lain. Mengajarkan keterampilan atau tugas ini membantu memperkuat pemahaman serta mendorong siswa lebih dekat ke tingkat kemahiran.

Pengaruh Teknologi terhadap SODOTO

Seiring berkembangnya teknologi, cara siswa belajar keterampilan teknis juga berubah, dan penggunaan SODOTO ikut beradaptasi. Misalnya, mahasiswa kedokteran saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di situasi klinis dibandingkan di ruang kelas. Informasi dan materi pembelajaran yang dulunya berbentuk buku kini lebih sering tersedia secara online atau diakses melalui tablet dan smartphone.

Simulasi berbasis virtual reality (VR) juga semakin populer dalam pelatihan keterampilan teknis. Meskipun aspek-aspek SODOTO masih relevan dan penting, metode tradisional ini mulai berkurang seiring meningkatnya kecepatan pembelajaran dan kemampuan multitasking berkat teknologi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *