The Three Ways adalah serangkaian prinsip bisnis yang mendorong organisasi untuk membangun budaya perusahaan di mana feedback loop berlangsung cepat, semua orang memahami bagaimana bagian-bagian bisnis saling berhubungan, dan setiap karyawan didorong untuk mencari pengetahuan yang dapat membantu perusahaan mencapai tujuannya.
The Three Ways pertama kali diperkenalkan dalam buku bisnis/IT populer berjudul The Phoenix Project. Buku ini menggunakan alur cerita naratif untuk menunjukkan kepada pembaca, melalui sudut pandang karakter utama, bagaimana hal buruk bisa terjadi jika pemilik produk, pengembang perangkat lunak, tim IT, quality assurance (QA), dan tim keamanan gagal bekerja sama sebagai satu kesatuan.
Konsep The Three Ways diperkenalkan oleh karakter misterius bernama Erik Reid. Ia memberikan kerangka kerja kepada karakter lain untuk menerapkan DevOps dan membangun budaya kerja di mana manusia, proses, dan teknologi selaras untuk mencapai tujuan yang sama: memberikan nilai bagi pelanggan.
The Phoenix Project, yang diterbitkan oleh IT Revolution, memiliki buku referensi pendamping berjudul The DevOps Handbook. Buku ini memberikan penjelasan lebih mendalam tentang The Three Ways dan bagaimana prinsip-prinsipnya dapat digunakan untuk menciptakan praktik terbaik.
The First Way: Systems Thinking dan Prinsip Aliran Kerja
Systems thinking berfokus pada gambaran besar. Performa global harus diprioritaskan dibanding performa lokal, dan alih-alih hanya fokus pada kinerja individu, tim, atau departemen, organisasi harus menciptakan aliran kerja yang lancar dari Bisnis → Pengembangan → Operasi → Pelanggan.
Contoh penerapan systems thinking:
- Mengurangi work in progress;
- Menghilangkan hambatan dan bottleneck dalam proyek;
- Memastikan tidak meneruskan cacat atau masalah yang diketahui ke departemen lain;
- Terus mencari cara untuk menyederhanakan dan meningkatkan alur kerja.
The Second Way: Feedback Loop yang Cepat dan Efektif
The Second Way menekankan pentingnya memberikan dan menerima umpan balik secara cepat dan terus-menerus. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kerja sekaligus mencegah terulangnya masalah yang sama.
Ketika feedback loop diperkuat, kesalahan bisa cepat terdeteksi dan diperbaiki. Selain itu, dengan umpan balik yang terus mengalir, informasi penting tidak akan hilang meskipun terjadi pergantian staf.
Contoh penerapan feedback loop yang efektif:
- Menerapkan shift left testing untuk mendapatkan umpan balik sejak tahap awal pengembangan;
- Mengurangi work in progress agar workflow lebih cepat dan umpan balik lebih segera;
- Memahami dan merespons setiap interaksi pelanggan;
- Menyematkan pengetahuan di tempat yang paling dibutuhkan;
- Menciptakan kualitas di sumbernya.
The Third Way: Budaya Eksperimen dan Pembelajaran Berkelanjutan
The Third Way mendorong terciptanya budaya organisasi yang sehat, di mana karyawan terus belajar dan bereksperimen. Ini berarti mengenali pentingnya latihan dan repetisi, serta menerima risiko dan kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Contoh penerapan budaya pembelajaran dan eksperimen berkelanjutan:
- Mendorong budaya kegagalan yang aman, di mana keberhasilan dan kegagalan dijadikan pelajaran;
- Meluangkan waktu untuk meningkatkan proses kerja sehari-hari;
- Menyediakan kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dalam jangka panjang;
- Memberikan penghargaan bagi risiko yang diperhitungkan dengan baik.